Yang Terlupakan di Asian Games: 52 Atlet Cedera hingga Patah Tulang
Pagelaran Asian Games 2018 begitu menyita perhatian rakyat Indonesia. Tak hanya soal kesuksesan acaranya, tapi juga keberhasilan Indonesia meraih 31 medali emas dari total 98 medali yang merupakan rekor tersendiri bagi Indonesia selama mengikuti Asian Games.
Raihan medali itu tentu saja membuat para atlet yang meraihnya mendapatkan gelontoran bonus tak hanya dari pemerintah pusat, tapi juga dari daerah masing-masing. Namun selain atlet yang mendapat medali itu, masih banyak atlet lain yang sudah berjuang mati-matian akan tetapi tidak berhasil meraih medali dan justru mengalami cedera."Sekarang kan heboh tentang bonus atlet, euforia kemenangan 31 emas. Itu yang juara, sedangkan di balik itu semua ada atlet yang berjuang demi negara tapi selama Asian Games (justru) mengalami cedera," ujar Ketua Tim Medis Kontingen Indonesia di Asian Games Andi Kurniawan saat berbincang dengan kumparan, Sabtu (8/9).
Andi menyebut selama gelaran Asian Games, atlet Indonesia yang mengalami cedera mencapai 52 orang. Dari jumlah itu sebanyak 17 atlet mengalami cedera serius yang membutuhkan operasi. Sedangkan sebanyak 7 atlet mengalami cedera ringan dan 28 atlet cedera sedang.
Tujuh atlet yang mengalami cedera serius, kata Andi, mengalami patah tulang saat bertanding. Salah satu atlet yang mengalami cedera serius itu adalah atlet downhill Popo Ario Sejati.
"Kemarin (saat Asian Games) 7 atlet itu patah tulang ada di tangan, bahu, kaki. Atlet itu contoh Popo (Popo Ario Sejati) downhill kemudian (atlet) rugby 5 orang," kata Andi yang memimpin 25 orang tim medis yang terdiri dari dokter spesialis, fisioterapis, dan masseur.
Bagi atlet yang mengalami cedera serius, Andi mengaku membutuhkan waktu pemulihan selama kurun waktu 3-6 bulan. Sedangkan bagi atlet yang mengalami cedera sedang membutuhkan waktu 1-3 bulan dan atlet yang mengalami cedera ringan bisa pulih dalam waktu 1 bulan.
Andi menyebut penanganan atlet yang cedera itu tidak hanya dilakukan selama Asian Games berlangsung. Para atlet yang mengalami cedera itu ditangani sampai benar-benar pulih.
"Jadi tidak dibiarkan begitu saja. Ini perintah dari pak Erick (Ketua Inasgoc Erick Thohir) dan CdM (Chef de Mission Syafruddin) bahwa kita bertanggung jawab. Tidak hanya yang juara kita kasih bonus, (tapi) yang cedera juga ditangani," jelasnya.
"Asian Games selesai bukan berarti tugas kami (tim medis) selesai. Kita tetap monitor karena mereka aset bangsa, mereka akan tanding lagi di SEA Games dan tahun depan mungkin akan kualifikasi Olimpiade 2020," imbuh Andi.
Ia pun bersyukur dengan bantuan yang didapat dari BPJS Ketenagakerjaan berupa asuransi sehingga atlet yang mengalami cedera dapat tertangani dengan baik. Menurutnya, penanganan cedera itu merupakan bentuk tanggung jawab negara terhadap atlet.
"Untuk sekarang ini negara bertanggung jawab, tidak habis manis sepah dibuang. Mereka (atlet) sudah berjuang, sudah bela negara, terus cedera kita tanggung jawab, kita pulihkan mereka," tutup Andi yang biasa berpraktek di Indonesia Sports Medicine Centre.