Temuan Manusia Purba di Brebes Bisa Ubah Materi Sejarah di Sekolah
Penemuan fosil homo erectus (manusia yang berdiri tegak) di Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, bisa mengubah materi sejarah yang diajarkan di sekolah-sekolah. Demikian kata pengajar Pendidikan Sejarah di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Danar Widiyanta.
"Kalau menjadi fakta keras pasti akan mengubah materi pembelajaran yang sudah ada," kata Danar kepada reporter Tirto, Jumat (12/7/2019).
Disebut fakta keras ketika usia fosil homo erectus itu memang sudah dipastikan lewat standar-standar ilmiah. "Perlu penelitian dengan metode carbon misalnya, atau tentang lapisan bumi," tambah dosen yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan Sejarah UNY ini.
"Jika terbukti, jelas akan mengoreksi teori yang ada selama ini. [Itu] bagian dari perkembangan keilmuan."
Informasi soal fosil homo erectus di Brebes diungkapkan oleh arkeolog dari Balai Arkeologi Yogyakarta Harry Widianto. Fosil yang ditemukan dan diteliti berupa bonggol tulang paha, pecahan rahang, dan akar gigi. Harry mengatakan usia fosil itu diperkirakan mencapai 1,8 juta tahun, alias lebih tua dari fosil yang ditemukan di Sangiran, yakni 1,5 juta tahun.
Di buku-buku sejarah resmi, 'manusia Sangiran' inilah yang disebut sebagai manusia purba tertua di Indonesia.
"Bumiayu lebih tua daripada Sangiran. Lebih tua sekitar 300 ribu tahun [...] Penemuan [fosil homo erectus berusia] 1,8 juta tahun di Bumiayu membuat Out of Africa itu dicoret," kata Harry kepada reporter Tirto.
Teori Out of Africa adalah teori tentang asal usul manusia modern yang paling dapat diterima dalam paleoantropologi. Dalam teori ini disebut bahwa nenek moyang manusia modern itu tunggal (monogenesis); berasal dari Afrika pada 1,8 juta tahun lalu. Mereka ini, seperti nama teorinya, keluar dari Afrika dan menyebar ke Eropa, Asia, hingga ke Sangiran.
"Situasi ini membuktikan bahwa Sangiran bukan merupakan pendaratan pertama ketika homo erectus datang untuk pertama kalinya di Pulau Jawa," katanya.
Harry Widiantomemimpin langsung tim arkeologi ke Brebes. Berdasarkan penelitian lapangan tim mengkonfirmasi bahwa fosil berasal dari endapan paling bawah formasi Kali Glagah. Hal itu diketahui karena terdapat napal karbonat yang berasal dari endapan Kali Glagah dan menempel pada fosil.
"Dari situ kita tahu asalnya dari napal karbonatal yang ada di Kali Bodas atau bagian dari formasi Kali Glagah, bagian bawah tengah. Ini usianya minimal 1,8 juta tahun," kata arkeolog senior bergelar profesor ini.
Untuk dapat lebih memastikan usia fosil, tim akan mengirim sampel ke Perancis. Usia fosil akan dihitung berdasarkan metode penghitungan bernama penanggalan Argon-Argon. Sampel juga akan dikirim ke Cina untuk keperluan serupa.
Menganulir Teori Out of Africa?
Tadi disebut soal Out of Africa sebagai teori yang paling diterima para ahli sebagai asal usul manusia modern. Penemuan ini memungkinkan itu berubah. Satu teori lain yang mendapatkan angin segar dari penemuan ini adalah Multiregional Evolution Model atau MRE.
Toetik Koesbardiati, dosen antropologi FISIP Unair dalam Teori-Teori Munculnya Manusia Modern (PDF) mengatakan, "MRE menyatakan bahwa manusia modern tidak hanya berasal dari Afrika, melainkan juga dari Eropa dan Asia." Manusia Brebes bisa jadi termasuk salah satu di antaranya.
Terkait ini, arkeolog dari University of Wollongong Australia dan juga Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Arkenas) Thomas Sutikna memprediksi teori Out of Africa masih sulit digugurkan.
"Out of Africa menurut saya tidak akan berubah," kata dia kepada reporter Tirto.
Selain butuh pembuktian lebih lanjut, ia mengatakan fosil di Sangiran juga awalnya diperkirakan berusia lebih tua dibanding yang diyakini saat ini. "Zaman dulu kita percaya bahwa [fosil yang ditemukan di] Sangiran itu [usianya] 1,8 juta tahun," katanya.
Baca juga artikel terkait MANUSIA PURBA atau tulisan menarik lainnya Irwan Syambudi