Sehari di Kabul
Mawar musim semi beraneka warna sebesar telapak tangan bermekaran dan menebarkan wangi di pinggir-pinggir jalan Kabul, ibu kota Afghanistan.
Pasa masa bebungaan mekar ini pula Taliban mengumumkan bahwa mereka kembali bergerilya, membawa kontak senjata dan ledakan ke berbagai penjuru Afghanistan.
Saat Antara tiba di Kabul, Minggu (14/5), bom meledak di satu ruas jalannya dan menewaskan dua orang menurut kabar yang diterima seorang staf Kedutaan Besar RI di negara itu.
"Saya baru saja dapat kabar, baru saja terjadi ledakan di jalan yang baru saja kita lewati," kata staf KBRI Kasim Adam.
Namun kabar mengenai ledakan itu tidak menghentikan aktivitas di Kabul. Pria-pria bergamis dan pakol, topi tradisional Afghanistan yang bentuknya seperti topi baret, masih menjajakan dagangan. Mobil-mobil tua era 70-an dan 80-an masih memadati jalan-jalan raya.
Bagi sebagian masyarakat Afghan serangan bom bukan lagi hal luar biasa. Ledakan bom bisa terjadi hingga seminggu sekali di negeri itu. Warga Indonesia yang tinggal di sana pun ikut menjadi terbiasa.
"Di sini kita tidak pernah menduga akan terjadi bom, karena memang tidak ada tanda-tanda. Bisa saja ini kelihatannya sedang aman tetapi tiba-tiba terjadi bom. Seperti digigit nyamuk saja, korbannya bisa siapa saja," kata Duta Besar Indonesia di Kabul Arief Rachman.
Pengamanan ketat di sana. Anggota pasukan keamanan berjaket antipeluru dan senjata di sekeliling badannya ditempatkan di setiap wilayah yang dianggap rawan, seperti di sekitar bandara.
Gedung-gedung pemerintah, kedutaan, dan hotel berbintang haruslah berpagar tembok dan dipasangi kawat berduri.
Hotel bintang empat Serena, yang pernah menjadi target pengeboman, pengamanannya berlapis. Pengunjung yang masuk harus melewati pagar beton, dan empat portal yang dijaga anggota pasukan keamanan.
"Di sini memang harus dipagar beton, karena dalam beberapa kasus mereka setelah ngebom, di belakangnya akan ada mobil yang menembak ke dalam gedung," kata staf politik dan keamanan KBRI Kabul Alfin Prasetya.
Dia mengatakan bahwa bom yang digunakan pun bermacam-macam bentuknya, dan saat ini yang sedang "ngetren" adalah bom magnet.
"Pembuat bom di sini kreatif-kreatif, sekarang lagi musim bom magnet. Jadi bom tersebut nanti ditempelkan ke mobil yang telah ditarget untuk diledakan," kata Alfin.
Menteri Pertahanan Afghanistan Ahmad Shah Massoud dibunuh dengan bom kamera oleh seorang yang menyamar sebagai wartawan pada 2001.
Sejak saat itu penggunaan kamera dibatasi di berbagai tempat, terutama di Istana Negara.
Masalah keamanan membuat Afghanistan memberlakukan banyak larangan. Misalnya saja, beberapa tempat tidak boleh difoto menggunakan kamera profesional, begitu juga dengan tentara atau pos pemeriksaan.
"Di sini jangan sembarang motret, terutama motret tentara. Kalau ketahuan mereka bisa langsung merampas kameramu," kata Alfin.
Memotret bisa dilakukan dengan meminta izin, atau diam-diam mengambil gambar menggunakan kamera telepon seluler.
Di Afghanistan, orang juga tidak boleh sembarangan memotret seorang perempuan. Kalau ada yang berusaha mengambil foto perempuan-perempuan Afghan tanpa izin, mereka akan marah besar dan mengusir pemotret. Di sana memotret perempuan haruslah seizin suami atau keluarga perempuan tersebut.
Berbelanja di Kabul
Meski kota yang dikelilingi gunung batu ini sedang tidak stabil, namun kegiatan ekonominya tidak lantas berhenti. Di kota ini ada tiga pusat perbelanjaan, walau tidak semewah yang ada di Jakarta.
Salah satu yang populer adalah Majeed Mall. Untuk masuk ke pusat perbelanjaan itu, pengunjung harus melewati satu pos yang dijaga oleh seorang petugas bersenjata yang mengenakan seragam biru gelap.
Di dalamnya, tidak terlihat hiruk pikuk orang-orang yang sedang berbelanja. Suasananya senyap. Hanya satu atau dua orang yang berbelanja di pusat perbelanjaan yang semua tokonya dijaga oleh para lelaki itu.
Warga Indonesia yang ada di kota itu kebanyakan menyukai toko sepatu Clarks asal Inggris. Di toko itu semua sepatu dijual dengan potongan harga hingga 50 persen. Harga sepasang sepatu berkisar 3.000 hingga 6.000 Afghani atau sekitar Rp500 ribu sampai Rp1 juta, belum termasuk potongan.
"Di Indonesia mode sepatunya telat dua session dari Afghanistan. Jadi kalau aku pulang ke Indonesia semua teman-teman pasti nitip dibelikan sepatu ini," kata Alfin.
Barang lain yang menjadi incaran warga Indonesia di sana adalah iPhone, yang harganya bisa lebih murah Rp2 - Rp3 juta. Harga iPhone 7 di sana sekitar Rp8 juta.
Bagi mereka yang ingin berbelanja pakaian tradisional seperti pakol, gamis, pashmina berbahan sutra, perhiasaan antik atau karpet dari bulu domba, Chicken Street yang terkenal sebagai pusat cenderamata Afghan bisa menjadi pilihan.
Toko-toko suvenir tradisional di Chicken Street sepintas terlihat seperti toko tradisional biasa. Setiap toko biasanya menjual barang tertentu. Toko karpet hanya menjual karpet saja, dan toko perhiasan akan menjual perhiasan saja.
Namun di sepanjang jalan ada anggota pasukan NATO berseragam yang menyandang senjata, membuat pembeli dari luar Afghanistan merasa was-was. Katanya, pasar itu gegap gempita sebelum pasukan NATO berjaga di sana.
Pengunjung yang berbelanja di toko-toko Afghan tidak harus menggunakan Afghani, mata uang Afghanistan yang cukup sulit ditemui di jasa penukaran uang.
Di Kota itu para pedagang melayani pembelian menggunakan dolar AS, euro, dan rupee.
Sama dengan di Indonesia berbelanja di toko perlu kemampuan tawar menawar untuk mendapatkan harga terbaik.
Toko-toko di Afghanistan biasanya tutup saat pukul 19.00, dan hanya beberapa toko yang buka hingga pukul 22.00.
Afghan Burger
Di Kabul, kini makanan cepat saji mulai populer. Namun tidak seperti di Indonesia, dimana gerai makanan cepat saji didominasi oleh merek-merek Amerika. Di kota itu merek makanan cepat sajinya kebanyakan dari Turki atau merek lokal.
Salah satunya adalah Afghan Burger, yang menjadi idola penduduk setempat saat jam makan siang. Antrean pembeli yang ingin mendapatkan roti Afghan isi kentang, sayur-mayur, sosis, daging, dan telur ditambah saus dan mayones itu panjang.
Bagi orang Indonesia, beberapa gigitan Afghan burger dapat membuat perut kenyang.
Gerai cepat saji lainnya yang buka hingga malam adalah Turkish Fast Food, yang menjual makanan seperti shawarma, salad, dan kentang goreng.
Porsinya? Tentu besar bagi orang Indonesia. Satu porsi shawarma bisa dimakan oleh dua orang Indonesia, satu porsi kentang goreng bisa dimakan oleh empat orang.
Saat musim panas, orang-orang Afghan suka meminum dough atau yoghurt encer seperti susu yang ditambah mentimun, rasanya sangat masam, sedikit asin tetapi menyegarkan tubuh.
Kasim Adam, yang telah menetap di Kabul selama 11 tahun dan menikahi perempuan setempat, mengatakan orang Afghan bisa minum satu botol besar dough saat musim panas.
"Mereka minum untuk menyegarkan badan, sekali minum bisa satu botol besar," kata dia.
Teh dan Roti
"Chae," kata seorang kakek Afghan meminta segelas teh kepada pramugari di dalam penerbangan Emirates dari Dubai ke Kabul.
Orang Afghan sangat suka minum teh. Kapan pun dan apa pun makanannya, minuman mereka selalu teh.
Saat Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI Yohana Yembise pada Selasa (16/5) diundang oleh Presiden Ashraf Ghani dan Ibu Negara Rula Ghani ke kediaman mereka di Kabul, segala jenis teh juga dihidangkan di meja.
"Apakah kamu mau kopi? Maaf kalau kami hanya menyajikan teh, orang Afghan adalah peminum teh. Seperti orang Cina kami senang minum teh hijau," kata Presiden.
Dalam jamuan itu, pertama para pelayan menuangkan teh hijau, dan bersama hidangan berikutnya mereka menyajikan teh seperti yang biasa diminum oleh orang Indonesia. Teh itu disajikan pekat dan tanpa gula. Kalau tidak pekat bukan minum teh, kata mereka.
Teh yang disajikan juga biasanya bervariasi. Mereka biasa menambahkan beberapa bahan seperti jahe atau juga saffron (rempah dari bunga Crocus sativus).
Selain tidak bisa lepas dari teh, orang Afghan juga tidak lepas dari roti (naan).
Saat sarapan mereka lazim mengonsumsi naan bersama teh manis, saat makan siang dan malam. Walaupun sudah menyantap nasi mereka juga akan memakan naan.
Naan adalah roti berbahan dasar gandum yang dibakar tawar, kadang ditambah kentang di dalamnya. Rasanya seperti roti pizza tanpa isian. Roti ini bisa dimakan sendiri atau bersama makanan yang lainnya.
Naan bisa dijual di toko roti dengan harga 10 Afghani atau sekitar Rp2 ribu.
Sejumlah pengemis biasanya langsung menghampiri orang yang menuju ke toko makanan. Bagi yang ingin berderma, bisa memberikan uang atau makanan.
Konflik berkepanjangan membuat penduduk negara indah yang terkurung daratan ini menjadi miskin, karena tidak banyak lapangan pekerjaan yang tersedia.
Pengemis ada dimana-mana baik, tua, muda, anak-anak, laki-laki, perempuan. Mereka menghampiri setiap mobil yang ada di jalan, mengetuk-ngetuk memaksa minta uang atau pun makanan.
Jika tidak diberi, mereka tidak akan pergi. Mereka akan terus meminta hingga diberi. Jika ada yang memberi, kawan-kawan mereka akan berdatangan ikut meminta. Pemandangan seperti itu ada di setiap tempat di Kabul.