Salman bin Abdulaziz Al Saud, Raja Arab yang Dekat dengan Barat
Pemimpin Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud diangkat menjadi raja pada 23 Januari 2015 usai kakak tirinya, Raja Abdullah bin Abdulaziz Al Saud wafat akibat stroke. Usia pemerintahannya memang masih muda, tetapi pengalamannya di bidang politik sebenarnya telah berlangsung lama.
Karir politiknya diawali saat dia ditunjuk Raja Fahd bin Abdulaziz Al Saud untuk menjabat sebagai Wakil Gubernur Riyadh pada tahun 1954. Dia menjalankan tugas tersebut selama setahun. Pada 1963, Raja Fahd menunjuk Salman untuk menjadi Gubernur Riyadh. Dia berkuasa di sana sampai tahun 2011 sebelum diangkat menjadi Menteri Pertahanan Saudi.Selama menjadi Gubernur Riyadh, Salman berhasil membuat kota Riyadh menjadi metropolitan dan pusat ekonomi Saudi. Sebelumnya, seperti ditulis Joseph A. Kechichian dalam bukunya Succession in Saudi Arabia (Palgrave, 2001), Riyadh adalah kota kecil, tetapi saat Salman memimpin Riyadh selama 48 tahun, kota tersebut berkembang pesat dan pusat ekonomi Saudi. Banyak investor asing berhasil ditarik masuk ke Riyadh selama era Salman. Selama berkuasa hampir lima dekade di Riyadh tersebut, Salman lebih memilih bekerja sama di bidang ekonomi dengan negara-negara Barat. Inilah yang membuat hubungan Saudi dan Barat sangat dekat, termasuk menjadi sekutu dalam menumpas terorisme.
Pengalaman selama lima dekade di Riyadh tersebut telah membuat Salman kaya pengalaman kenegaraan. Oleh karena itu, saat dia ditunjuk sebagai pengganti Raja Abdullah, Salman tak lagi canggung. Pasalnya, nama dia pun sudah menginternasional selama menjadi penguasa di Riyadh. Foto-fotonya dengan sejumlah pemimpin dunia, mulai dari George Bush sampai dengan Vladimir Putin, bertebaran di media. Padahal posisinya saat itu adalah Gubernur Riyadh, tetapi seolah-olah Salman adalah pemimpin Saudi.
Setelah Raja Abdullah wafat, Salman pun naik tahta dan dia pun meneruskan kebijakan Raja Abdullah yang sejak berkuasa pada tahun 2005 telah berjanji untuk mereformasi sejumlah kebijakan di Saudi. Raja Abdullah sendiri semasa hidupnya dianggap sebagai sosok reformis karena menerapkan beberapa upaya reformasi, di antaranya memberi perempuan hak suara. Dengan ini, perempuan Saudi kini boleh ikut dalam pemilu. Selain itu, Raja Abdullah juga membuat kebijakan yang membolehkan wanita bekerja.
Kebijakan ini di era Salman dilanjutkan. Bahkan, Salman pun berupaya untuk melakukan sejumlah langkah reformis lainnya, termasuk membolehkan wanita untuk mengemudi dan membolehkan bioskop didirikan dan juga pagelaran konser musik.
Sejumlah pengamat mengatakan bahwa kepribadian Salman mirip dengan mendiang Raja Abdullah. "Secara kepribadian, Salman sama seperti kakak tirinya bukan sosok konservatif. Namun, dia tetap menghargai pendapat konstituen konservatif di negaranya," ujar pengamat Arab Saudi Jamal Khashoggi yang juga kepala stasiun TV Arab Saudi yang dimiliki keluarga kerajaan, seperti dikutip AFP.
Di Saudi sendiri kini sudah ada bagian pemerintahan yang mengurusi turisme dan hiburan. Dilansir CNN, pada bulan lalu, seksi hiburan dan turisme di Saudi sudah mengagendakan acara hiburan untuk kaum muda dengan nmengundang komedian ternama Amerika Mike Epps ke kampus Saudi. Namun, acara ini batal karena ada penentangan dari ulama.
Dilansir CNN, para pemuka agama di Arab Saudi khawatir jika acara hiburan seperti konser musik dan bioskop diperbolehkan, maka akan terjadi kerusakan moral.
Kekhawatiran ini bisa dipahami karena Saudi selama ini dikenal sebagai negara sangat konservatif. Kendati pada faktanya banyak warga Saudi, khususnya dari keluarga kerajaan, hidup dengan gaya hedonis. Mereka sering beribur dan berbelanja ke Eropa dan tempat-tempat lainnya yang mahal.
Penentangan memang akan selalu ada, sama halnya saat Raja Abdullah membolehkan kaum wanita memilih dan bekerja. Saat itu ada kekhawatiran dari para ulama, tetapi ini akhirnya ini bisa diterima. Oleh karena itu, terkait sejumlah rencana Raja Salman untuk rakyatnya, biarkan waktu yang akan menjawab.***