Home
/
News
Pakaian Bali Laris Manis di Amerika
Republika09 May 2016
Bagikan :
Preview
Realisasi perdagangan luar negeri pakaian jadi (garmen) bukan rajutan maupun rajutan buatan masyarakat Bali laris untuk memenuhi permintaan konsumen dengan pasar utama Amerika Serikat (AS), di samping Australia dan Prancis.
“Pakaian buatan wanita Bali dengan rancangan yang dibuat sedemikian rupa, mengikuti perkembangan zaman, laris mengisi pasar sesuai permintaan konsumen di Amerika Serikat,” kata pengusaha sekaligus eksportir Ni Made Kusuma Dewi di Denpasar, Sabtu (7/5).
Perkembangan perekonomian global memang belum pulih signifikan menyebabkan pangsa pasar pakaian buatan masyarakat Pulau Dewata cepat berubah, di mana sebelumnya Singapura dan Australia sebagai pembeli terbanyak kini kembali beralih ke Amerika Serikat.
Ia mengatakan, tempo hari, rekan bisnis di negeri kawasan ASEAN juga banyak memesan pakaian buatan tangan-tangan terampil masyarakat Pulau Dewata untuk dipasarkan kembali kepada wisatawan mancanegara yang berlibur atau singgah sementara di Singapura.
Sesuai catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, konsumen asal Amerika Serikat membeli sekitar 24,61 persen pakaian jadi bukan rajutan selama Maret 2016, angka yang terbanyak kemudian disusul Australia sebanyak 11,55 persen, Prancis juga sekitar sebelas persen dan sisanya ke sejumlah negara lain.
Amerika Serikat mengeluarkan devisa sebanyak 30,5 juta dolar AS selama Januari-Maret 2016 untuk membeli aneka barang kerajinan dan hasil industri kecil daerah Bali selain untuk membeli pakaian, juga perhiasan, perabotan rumah tangga dan barang rajutan.
BPS Bali juga mencatat, secara kumulatif ekspor barang asal Provinsi Bali pada periode Januari-Maret 2016 mencapai 123,9 juta dolar AS atau mengalami penurunan 4,41 persen jika dibandingkan dengan keadaan pada periode yang sama tahun 2015 mencapai 129 juta dolar AS.
Menurut pangsa pasar ekspor barang asal provinsi Bali pada awal tahun 2016, sebagian besar dikirim ke negara Amerika Serikat, Jepang, Singapura, Australia, Cina dan Hong Kong, dengan proporsi masing masing sebesar 24,62 persen, 8,60 persen, 7,50 persen, 6,50 persen, dan 4,90 persen.
Baca: Pembocor Panama Papers Akhirnya Buka Suara
Sponsored
Review
Related Article