Manga/Anime Sepak Bola Ini Nggak Kalah Seru dari Captain Tsubasa
“Bola adalah teman.” Jika Anda familiar mendengar kalimat ini, berarti kami benar: popularitas Captain Tsubasa di dunia sepak bola sulit dibendung.
Ya, mau bagaimana lagi. Versi manga anak pelaut bernama Tsubasa Oozora itu sudah terjual 82 juta kopi. Bahkan, versi anime-nya pun sudah disiarkan di berbagai negara, menginspirasi Fernando Torres, Andres Iniesta, Lionel Messi hingga Alessandro Del Piero untuk menjadi pemain kelas dunia.Sisi buruknya, popularitas Captain Tsubasa bikin banyak anime/manga sepak bola yang tak kalah bagusnya jadi agak terpinggirkan —kalau tidak mau menyebutnya kalah populer dalam lingkup global. Nah, dalam kesempatan kali ini, kumparan (kumparan.com) akan memberikan eksposur kepada anime/manga lainnya untuk disimak. Silakan disimak.
Hungry Heart: Wild Striker
Memiliki saudara yang hebat dan seprofesi, harus diakui, memang menyebalkan. Ada banyak contohnya di dunia nyata: Antonio Donnarumma dengan adiknya, Gianluigi; Simone dengan Filippo Inzaghi, dll. Melihat fenomena itu, Yoichi Takahashi –sosok yang juga menciptakan Captain Tsubasa— pun membuat anime/manga berjudul ‘Hungry Heart: Wild Striker’.
Hungry Heart: Wild Striker bercerita tentang kisah hidup seorang Kano Kyosuke. Siapa dia? Dia adalah adik dari Kano Seisuke, seorang bintang muda asal Jepang yang membela AC Milan. Akibat orang-orang terus membandingkannya dengan Seisuke, Kyosuke pun kehilangan hasrat untuk bermain sepak bola. Padahal, Kyosuke merupakan pesepak bola berbakat.
Hingga ia pindah ke SMA Jyoyo Akanegaoka.
Ia berkenalan dengan Tsujiwaki Miki, seorang gadis dengan obsesi tinggi terhadap sepak bola. Dari sanalah hasratnya untuk menjadi pesepak bola bangkit kembali. Setelah bergabung dengan tim SMA-nya, ia pun bertemu dengan Sakai Jefferson, yang notabene adalah kiper berbakat, hingga Rodrigo, seorang yang baru pindah dari Jepang ke Brasil.
Aoki Densetsu Shoot!
Pernah bermimpi satu tim dengan idola Anda? Toshihiko Tanaka dari anime/manga 'Aoki Densetsu Shoot!' juga.
Ketika masih SMP, Toshi dan dua temannya, Kenji Shiraishi dan Kazuhiro Hiramatsu, punya mimpi untuk masuk ke SMA Kakegawa karena di sekolah itu ada Yoshiharu Kubo, pesepak bola berbakat yang digandrungi siapa saja karena kepandaiannya meracik taktik plus kemampuan olah bola di atas rata-rata.
Beruntung bagi tiga pesepak bola itu, mereka dianugerahi dengan bakat yang luar biasa. Ketiganya dijuluki ‘trio emas’. Namun, cerita mereka bukannya tak punya riak.
Kenji, saat SMP, sempat bikin timnya didiskualifikasi akibat berkelahi. Itu membuatnya tak ingin jadi pesepak bola. Sementara mimpi Kazuhiro dimatikan oleh ayahnya sendiri. Ayahnya lebih suka ia belajar agar menjadi lelaki yang bertanggung jawab di masa depan.
Pada akhirnya, ketiganya tetap bahu membahu membawa timnya untuk menjuarai turnamen antar-SMA di Jepang. Tantangan buat mereka makin berat lantaran Kubo, karena penyakit yang dideritanya, mati muda di lapangan.
Sepeninggal Kubo, ketiganya —bersama skuat Kakegawa lainnya— dipimpin oleh sang wakil kapten, Atsushi Kamiya. Di sinilah perkembangan karakternya menjadi menarik.
Kamiya, yang tadinya penyendiri dan punya sumbu pendek, akhirnya menjadi lebih bertanggung jawab dan bertambah dewasa. Sementara Toshi? Ia belajar bagaimana caranya mengemban beban sebagai bintang utama tim.
Inazuma Eleven
Mungkin secara cerita, 'Inazuma Eleven' begitu template sebagai anime/manga bertemakan sepak bola.
Karangan ciptaan Tenya Yabuno ini bercerita tentang seorang bocah bernama Mamoru yang berhasil menyihir tim SMP Raimon, yang hampir dibubarkan akibat kekurangan pemain, menjadi tim tangguh. Setelah menjadi jagoan di turnamen lintas sekolah, pemain yang berposisi sebagai kiper itu bergabung dengan Timnas Jepang untuk melawan tim-tim lintas dunia.
Namun, penggambaran Tenya yang berlebihan lah yang membuat manga ini menarik.
Seperti Naruto atau One Piece saja, dalam Inazuma Eleven, ada begitu banyak jurus yang tak masuk akal. Mamoru punya jurus ‘Tangan Tuhan’, yaitu tangan besar maya yang bisa menangkap tendangan siapa saja dengan mudahnya. Dan itu bukan satu-satunya jurus yang ia punya. Karakter lain pun punya banyak jutsu yang aneh namun keren.
Fantasista
Tidak seperti anime/manga sepak bola pada umumnya, 'Fantasista' tidak mengenal jurus yang aneh-aneh. Mangaka-nya, Michiteru Kusaba, lebih suka membuat anime/manga ini serealistis mungkin.
'Fantasista' bercerita tentang Teppei Sakamoto yang bermimpi untuk menjadi pesepak bola kelas dunia. Sejak kecil, ia dilatih oleh kakak perempuannya yang juga gila bola. Lalu, ia pun bergabung dengan SMA MIzumoto yang diisi oleh pemain-pemain yang hebat. Setelah itu, ia pun menjadi andalan Jepang dan pergi ke klub top Eropa.
Oleh Kusaba, 'Fantasista' menitikberatkan cerita pada pemain-pemain yang memiliki arketipe sebagai, well, fantasista. Dalam manga ini, Sakamoto dikisahkan adalah seorang 'nomor 10' yang menjadi pusat permainan timnya. Kelak, dalam perkembangan cerita, ia akan bertemu dengan fantasista-fantasista lainnya dan belajar bagaimana visi dan imajinasi seorang fantasista bekerja di atas lapangan.
Yang menarik, Sakamoto tidak mengenakan nomor punggung 10 di Timnas Jepang --seperti halnya banyak jagoan di anime/manga sepak bola. Sakamoto mengenakan nomor 14, sama seperti Johan Cruyff.
Saat ini 'Fantasista' sudah ada dua edisi. Di edisi ‘Fantasista Stella’, Teppei harus berjuang membawa Jepang juara Piala Dunia. Ia pun satu tim dengan pesepak bola betulan asal Jepang, Keisuke Honda.
Giant Killing
Tak seperti anime/manga sepak bola pada umumnya, 'Giant Killing' tak bercerita tentang mimpi seorang bocah menjadi pemain kelas dunia. Melainkan kisah seorang manajer yang berusaha membangun timnya dari nol.
East Tokyo United (ETU) adalah tim medioker di Liga Jepang yang dalam beberapa musim, terus berusaha untuk lepas dari jerat degradasi. Kualitas pemain mereka buruk dan finansial mereka sangat lemah. Sehingga, ETU pun ditinggalkan oleh penggemarnya sendiri.
Alhasil, manajemen ETU pun bertindak dengan merekrut Takeshi Tatsumi sebagai sang manajer. Kehadiran Tatsumi mulanya ditolak karena dahulu ia sempat meninggalkan ETU saat berstatus sebagai pemain.
Tatsumi adalah orang pragmatis. Sadar bahwa ETU adalah tim kecil dengan kualitas skuat yang ala kadarnya, ia meracik taktik sedemikian rupa untuk bisa bersaing melawan tim-tim besar —oleh karena itulah manga ini diberi nama ‘Giant Killing’.
Jika Anda suka sepak bola dari sisi pembahasan taktik, manga ini cocok untuk Anda.