Integrasi Tiket MRT dan KRL Rampung Tahun Ini
Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) menargetkan integrasi tiket Mass Rapid Transit (MRT) dengan Kereta Rel Listrik (KRL) commuter line selesai tahun ini. Program ini merupakan bagian dari integrasi tiket antar moda di DKI Jakarta.
Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono mengatakan integrasi tahap selanjutnya akan berlaku pada Light Rail Transit (LRT) dan Bus Rapid Transit (BRT).
"Artinya tiket dari kartu yang digunakan MRT bisa dibaca juga di commuter line. Sebaliknya juga demikian, jadi terintegrasi. Nanti bisa juga dipakai di Damri dan di PPD (Pengangkut Penumpang Djakarta)," kata Bambang di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Senin (12/11).
Menurut Bambang, proses integrasi tiket MRT dengan commuter line masuk tahapan teknis. Kementerian Perhubungan telah berkirim surat kepada Bank Indonesia (BI) terkait integrasi tiket tersebut.
"Sekarang sedang proses audit oleh BI ke masing-masing operator. Dalam waktu dekat tahun ini target kita integrasi tiket selesai," ujar Bambang.
Soal tarif MRT, Bambang bilang sedang menunggu perhitungan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Sebab, Pemprov DKI Jakarta bertanggung jawab atas pemberian subsidi tiket MRT. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengusulkan tarif MRT berada di kisaran Rp8.000 hingga Rp9.000.
Namun demikian, Bambang belum bisa memastikan besaran tarif akan sesuai dengan usulan Presiden.
"Pemerintah pusat boleh mengusulkan karena kewenangannya di pemerintah daerah (Pemda). Nanti akan dikomunikasikan antara pusat dan Pemda," ujarnya.
Hingga kini, proses pembangunan MRT fase 1 dari Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia (HI) mencapai 97 persen. Proyek ini diperkirakan rampung pada Maret 2019 mendatang.