Gerai 7-Eleven yang Mulai Hilang
Mulai hari ini, Jumat (30/6), 7-Eleven akan menutup seluruh gerainya. Hal ini sesuai dengan surat yang diajukan PT Modern Internasional Tbk, induk operator waralaba 7-Eleven, kepada Bursa Efek Indonesia (BEI).
Meski demikian, beberapa gerai sepertinya sudah lebih dulu menutup kiosnya sebelum tenggat waktu yang ditetapkan. Berdasarkan pantauan kumparan (kumparan.com), tiga di antaranya adalah 7-Eleven cabang Tebet, Jakarta Selatan, Cikini dan Juanda, Jakarta Pusat.7-Eleven cabang Tebet menjadi salah satu gerai yang paling ramai dikunjungi. Hal itu disebabkan lokasinya yang strategis berada di samping stasiun Tebet. Tak hanya itu, bangku yang disediakan membuat pengunjung ramai berdatangan dan betah berlama-lama duduk di sana.
Saat kumparan mendatangi gerai tersebut, seluruh area telah dikosongkan, dan ditutupi tirai hijau. Area kaca depan gerai pun juga telah ditutupi koran dan tidak dipasang lampu penerang. Logo 7-Eleven yang biasanya terpampang juga telah dicopot.
Berdasarkan informasi yang beredar di sekitar area 7-Eleven, gerai itu sudah lama tutup sejak H-1 Idul Fitri lalu.
"Sudah sejak malam takbiran kemarinlah mereka pada sibuk beres-beres," ujar salah seorang pedagang minuman yang enggan disebutkan namanya.
Salah satu pegawai 7-Eleven yang hendak masuk ke dalam gerai saat itu juga tidak mau diajak bicara.
"Maaf, tidak bisa. Maaf, ya," ujarnya sambil berlalu dan menutup pintu gerai.
Rieska (31), salah seorang pelanggan setia 7-Eleven Tebet, mengaku kecewa dengan ditutupnya gerai yang menjadi tempat nongkrongnya sepulang kerja itu. Biasanya, Rieska bisa berlama-lama duduk di bangku 7-Eleven Tebet, ditemani roti Big Bites yang diolesi saus keju ala 7-Eleven.
"Sedih, ya. Biasanya saya suka ngetik tugas-tugas di sini, sambil minum, makan hotdog pakai saus keju. Sekarang sudah tidak ada lagi," kata Rieska kepada kumparan.
Begitu pula saat kumparan mendatangi 7-Eleven cabang Juanda dan Cikini, yang sudah sebulan lalu menutup gerainya. Bangku-bangku yang biasa disediakan di pinggir jalan pun kini telah diangkat.
Kaca-kaca depan gerai seluruhnya ditutupi kertas putih. Tidak ada ruang sedikit pun untuk melihat sisi dalam area gerai.
"Sudah tutup sejak sebulan lalu, katanya kena pajak atau gimana kami enggak ngerti," ujar Saleh, sopir bajaj yang biasa menepi di samping 7-Eleven Stasiun Juanda saat menunggu penumpang.
Penutupan seluruh gerai tersebut setelah kegagalan akuisisi bisnis senilai Rp 1 triliun dari Modern Internasional oleh grup usaha pakan ternak terbesar di Tanah Air, yaitu PT Charoen Pokphand Tbk (CPIN).
Kegagalan akuisisi ini diumumkan pada awal Juni 2017, hanya dalam kurun waktu enam minggu setelah rencana akuisisi ini diumumkan oleh perusahaan asal Thailand tersebut.
Senior Analyst Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, mengatakan, meskipun 7-Eleven telah resmi menutup seluruh gerai, 7-Eleven harus tetap menuntaskan kewajibannya. Termasuk, kata Reza, pelunasan biaya sewa gedung.
"Mereka (Sevel) kan ke BEI hanya melaporkan kondisi mereka, itu sudah urusan internal mereka bagaimana kewajiban mereka ke gerai-gerai yang ada, bisa juga gerai itu atau disewa yang lain, itu kewajiban mereka katakanlah sewa dimana, bagaimana nih kewajiban dia dengan orang yang disewakan," ujar Reza saat dihubungi kumparan.
Reza mengatakan, merujuk pada surat pengajuan tersebut, 7-Eleven memang membutuhkan dana untuk menunjang operasionalnya. Untuk itu, mereka berniat menggandeng perusahaan berskala besar lainnya seperti Charoen Pokphand.
"Jadi dari surat itu ya memang secara implisit kita lihat mereka butuh dana segarlah untuk menunjang operasionalnya, dengan kemampuan yang mereka miliki boleh dibilang enggak mencukupi, mereka membutuhkan adanya tambahan investor untuk operasional berikutnya," tutup Reza.