Firasat Aneh Keluarga Sebelum Pasutri Bos Garmen Dibunuh
Anak kandung pasangan suami istri bos Garmen Zakaria Husni (58) dan Zakiya Masrur (53), ternyata sudah memiliki firasat aneh sebelum mendengar kabar orangtuanya dibunuh oleh tiga mantan karyawan.
Pengacara keluaga korban, Jhony Mazmur W Manurung menyampaikan, salah satu anak korban sempat menghubungi Zakaria melalui telepon, namun tak diangkat."Biasanya di telepon diangkat, lha kok ini mati," kata Jhony kepada Suara.com, Selasa (19/8/2017).
Meski sudah tak satu rumah, anak-anaknya masih sering mengunjungi rumah korban di Jalan Pengairan, nomor 21, RT 11, RW 6, Bendungan Hilir, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Biasanya, kata dia, sebelum berkumpul, salah satu anaknya menghubungi pasutri bos garmen tersebut.
"Karena anak ini biasa ngumpul, tapi pas ditelepon tidak menyaut," kata Jhony.
Jhony mengatakan, keluarga kekinian masih mengalami trauma setelah mendengar kabar orangtuanya terbunuh.
"Semua masih pada syok, masih pada sedih," tukasnya.
Dia juga menyampaikan, dua anak korban yang bernama Gilang dan Suci telah dimintai keterangan atas kematian orangtuanya.
Polisi, kata Jhony, memeriksa kedua anak korban terkait kronologi perampokan dan profile ketiga tersangka yang merupakan mantan karyawan korban.
"Kronologis, yang Suci itu kan tak tahu, dia malah cari ke rumah sakit. Kalau yang Gilang kronologisnya, karena sudah kenal lama tersangka, karena sudah pada kerja lama. Kecuali Engkos, baru setahun, itu juga jadi kuli bangunan di Kreo," tandasnya.
Dalam kasus perampokan sadis ini, polisi telah meringkus tiga tersangka saat sedang karoke di hotel kawasan Grobogan, Jawa Tengah, Selasa (12/9/2017) malam. Mereka adalah Ahmad Zulkifli, Sutarto dan Engkos Kuswara.
Zul, mantan sopir sekaligus otak perampokan sadis ditembak mati karena mencoba melarikan diri ketika diajak untuk pengembangan kasus.
Pasutri itu tewas karena mengalami penganiayaan saat tiga mantan karyawan itu merampok rumah korban, Minggu (10/9/2017) malam.
Setelah menggasak harta benda korban, kawanan perampok tersebut membuang jasad pasutri di ke sungai Klawing, Purbalingga, Jawa Tengah.
Motif perampokan sadis itu dilakukan karena para tersangka sakit hati karena telah dipecat.