Eksklusif: Mengintip Produksi iQOO 13 'Made in Indonesia' di Cikupa
Uzone.id - “iQOO merupakan brand dari Vivo,” sebut Rosina Erawati, Brand Manager iQOO Indonesia. Hal yang sama juga berkali-kali ditegaskan Praditya Putra, Senior Product Manager iQOO Indonesia.
Membuktikan ucapan tersebut, tim Uzone.id pun diajak iQOO Indonesia untuk berkunjung ke pabrik Vivo yang berlokasi di Cikupa, Tangerang. Ya, ponsel keluaran iQOO di Indonesia dirakit sepenuhnya di fasilitas produksi ini dan menggunakan standar yang sama dengan Vivo.“Vivo dan iQOO tidak cuma produknya sesuai standar, tapi juga quality control-nya seragam,” ucap Quality Manager Vivo Indonesia, Muhammad Salih Ardhani.
Di dalam area produksi, terdapat zona perakitan dan juga pengujian. Di awal perakitan, setiap komponen yang akan dipasang diperiksa kelayakannya terlebih dahulu, barulah dilanjutkan ke pos perakitan berikutnya.
Setiap pos perakitan memiliki sistem atau mesin pengujian kualitasnya sendiri. Sistem ini saling terintegrasi untuk memastikan bahwa hanya produk yang lolos uji tahap sebelumnya untuk melaju ke pos perakitan berikutnya.
Ada serangkaian pengujian yang dilakukan, seperti sensitivitas sensor, slot kartu SIM, komunikasi radio atau jaringan, kamera, GPS, WiFi, hingga kualitas ponsel secara keseluruhan, termasuk mengetes IP68/IP69 dari iQOO 13.
Fasilitas pengujian IP68/IP69 menjadi salah satu mesin yang paling keren di fasilitas produksi iQOO 13. Sebab, mesin ini akan menyemburkan angin dengan ukuran yang jauh lebih kecil dari debu atau air untuk mengecek adanya celah yang bisa merusak komponen bagian dalam iQOO 13.
Bila angin tidak bisa masuk, maka debu dan air pun dipastikan tidak akan masuk ke dalam iQOO 13.
Di area perakitan terdapat beberapa bilik steril pada lini produksi iQOO 13. Di sini, pemasangan sejumlah komponen penting dilakukan, memastikan debu atau partikel kecil tidak masuk ke bagian komponen.
iQOO 13 ditopang baterai dengan kapasitas yang lebih besar. Rupanya, pemasangan baterai ponsel ini pun lumayan rumit lantaran dibantu oleh mesin untuk memastikan baterai melekat dengan sempurna pada mainboard.
Salah satu line perakitan yang tak kalah rumit adalah kamera. Di sektor ini, setiap lensa kamera akan dicek untuk memastikan tidak ada yang cacat. Pengecekan tidak hanya oleh karyawan saja, tapi juga menggunakan mesin.
Sektor terakhir adalah area pengemasan. Di sini, iQOO 13 melewati pengecekan terakhir sebelum dikemas.
Proses pengemasannya mulai dari pemasangan stiker, serta memasukkan charger, kabel, casing, dan lainnya ke dalam boksnya.
Itu saja?
Sekarang, beralih ke area pengujian keandalan ponsel. Menurut Ardhani, Vivo dan iQOO menggunakan teknik Acceptable Quality Level (AQT) level tertinggi untuk sampling perangkat yang diuji.
“Sample ini jadi acuan untuk produk lainnya,” ucap Ardhani.
Pengujian sendiri mencakup software, hardware, performa, dan juga build quality dari perangkat. Seperti performa, terdapat deretan rak di dalam ruangan dengan ratusan slot yang dilengkapi jalur pengisian untuk menguji daya tahan baterai setiap ponsel.
Di rak ini juga, ponsel menjalankan banyak simulasi selama 8 jam tanpa henti. Selain itu, pengecekan software juga dilakukan secara manual satu persatu, memastikan tidak ada bug yang terjadi.
“Pengujiannya gak cuma hardware, tapi juga software,” tegas Praditya.
iQOO 13 juga melewati uji lempar, guncangan, hingga kelembapan. Semuanya dilakukan untuk memastikan perangkat tetap aman dan berfungsi normal dalam berbagai skenario penggunaan.
“Bila ada masalah, bisa datang ke service center Vivo di seluruh Indonesia. Di sini juga ada free softcase dan antigores untuk pelanggan,” pungkas Praditya.