Cermat Mengelola Pengeluaran Digital Agar Tak Boros
Foto: Nordwood
Kolom oleh: Fajrin Rasyid, Direktur Digital Business PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom)
Uzone.id - Selama pandemi berlangsung, pendapatan perusahaan digital naik tajam. Semua orang berada di rumah saja dan mencari cara untuk bekerja, sekolah, bahkan menghibur diri di rumah.
Perusahaan ekspedisi, delivery service, e-commerce, sampai layanan live streaming mengalami peningkatan pendapatan yang cukup signifikan. Akibatnya, tanpa disadari, pengeluaran setiap bulan selama pandemi ternyata lebih besar ketimbang sebelum pandemi.
Dalam satu bulan, kita bisa berlangganan, misalnya Google, Netflix, Viu, Canva, Zoom meeting, Microsoft Teams, Lightroom, Filmora, Ruangguru, Youtube Premium, Spotify, dan masih banyak lagi.
Baca juga: Meneropong Peluang Agritech di Indonesia
Belum lagi jika kita sudah berlangganan salah satu aplikasi live streaming, namun ada serial menarik atau film keren di aplikasi live streaming lain, seperti Imperfect the Series di WeTV atau Justice League Snyder's Cut di HBO Max. Mau tidak mau kita ikut berlangganan demi tak ketinggalan tren.
Hasrat yang besar dalam pencarian cara untuk mempermudah hidup, dan tidak terdatanya pengeluaran yang dilakukan untuk kebutuhan digital berujung pada borosnya gaya hidup digital seseorang. Lalu bagaimana cara yang cermat untuk mengelola pengeluaran digital lifestyle yang tak terbendung?
Yang paling pertama adalah melakukan pencatatan dan membandingkan dengan budget. Kita dapat menggunakan perangkat yang paling sederhana seperti google spreadsheet hingga aplikasi pencatatan otomatis seperti Monee. Bandingkan pengeluaran tersebut dengan budget kita.
Secara umum, jangan sampai pengeluaran lifestyle kita – tidak hanya aplikasi namun pengeluaran hiburan lainnya – melebihi 10% dari penghasilan bulanan kita. Apabila lebih dari itu, maka sudah saatnya untuk melakukan seleksi.
Baca juga: Startup Kesehatan di Indonesia, Sudahkah Mencapai Titik Jenuh?
Kita dapat melakukan filter dengan cara memeriksa aktivitas kita 1-2 bulan terakhir. Apabila ada aplikasi yang jarang atau tidak pernah kita gunakan, saatnya unsubscribe. Kita juga dapat memeriksa layanan yang membolehkan kita untuk berbagi akun dengan pihak lain – misalnya keluarga kita – sehingga tidak perlu setiap individu berlangganan, cukup salah satu saja.
Bagaimana dengan aplikasi yang berhubungan dengan pekerjaan seperti aplikasi rapat maupun yang menunjang produktivitas? Jika kita memang memerlukan, maka hal ini dapat termasuk ke dalam biaya operasional kita di luar pengeluaran lifestyle. Hal ini serupa dengan biaya transportasi, listrik, dan biaya lainnya.
Namun sebelum itu, apabila kita berstatus pekerja, tidak ada salahnya untuk bertanya kepada kantor apakah pengeluaran itu dapat di-reimburse mengingat hal itu memang diperlukan untuk meningkatkan kinerja. It never hurts to ask. Barangkali ternyata hal tersebut dapat ditanggung oleh kantor.
Pada akhirnya, sama seperti kegiatan lainnya di dunia digital, selalu cek data secara rutin, dalam hal ini kegiatan kita terkait dengan layanan-layanan tersebut. Bisa jadi aktivitas kita berubah-ubah sehingga kita perlu untuk melakukan perubahan subscription sesuai dengan aktivitas kita tersebut.
.