5 Tren Belanja Online saat Pandemi, Berani Bayar Mahal Tapi Doyan Cari Diskon
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)
Uzone.id - Pandemi virus corona (Covid-19) telah memaksa orang-orang untuk menghabiskan banyak waktu di rumah. Hal ini turut mengubah perilaku masyarakat dalam berbelanja.Twitter bahkan mengungkapkan bahwa percakapan tentang belanja meningkat sebanyak 60 persen sejak Maret 2020 dibandingkan dengan Maret 2019.
Dwi Adriansah, Country Industry Head, Twitter Indonesia juga menyebutkan bahwa jumlah percakapan tentang topik belanja di Twitter justru lebih tinggi pada saat pandemi dibandingkan pada tanggal momen-momen belanja.
Topik tentang belanja yang biasanya baru mulai terlihat pada pertengahan tahun, kini mulai ramai dibicarakan sejak Maret 2020.
Lebih lanjut, ia mengatakan, “Hal ini sekaligus memperlihatkan adanya peningkatan animo konsumen terkait belanja. Dalam hal ini, Twitter menjadi tempat bagi konsumen untuk berbagi dan mencari informasi tentang belanja.”
Hasil survei Twitter terhadap konsumen di enam negara di Asia Tenggara (Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam) juga memberikan fakta menarik terkait tren belanja online saat pandemi. Berikut penjabarannya.
Beralih ke belanja online
Menurut data dari Toluna, Haris Interactive di akhir Juli, sebanyak 59 persen pengguna Twitter di Indonesia berbelanja online untuk produk-produk yang biasanya dibeli secara offline. Ada kenaikan lebih dari 2 persen dibandingkan survei pada awal Juli yang memperlihatkan semakin banyak orang berbelanja online.
Baca juga: Data Twitter: Orang Indonesia Lebih Cerewet saat Pandemi
Berdasarkan survei Global Web Index (GWI), berikut ini adalah kebutuhan rumah tangga yang kerap dibeli pengguna Twitter secara online: fashion (baju dan sepatu) (26,9 persen), make up, kosmetik dan perawatan wajah (12,1 persen), vitamin 11,6 persen, hadiah (8.6 persen), dan perawatan pribadi (12 persen).
Orang lebih berani bertransaksi dengan nilai nominal besar
Menurut data Twitter, 38 persen pengguna Twitter di Indonesia lebih sering menggunakan layanan perbankan online.
Pertumbuhan belanja online menuntut perbankan menghadirkan layanan yang aman dan praktis untuk transaksi dengan nilai nominal yang lebih besar pada platform e-commerce, seperti misalnya komputer/laptop atau ponsel.
Orang menemukan rekomendasi produk di Twitter
Sebanyak 41 persen masyarakat Indonesia di Twitter menemukan brand baru berdasarkan rekomendasi di media sosial.
Seiring dengan semakin meningkatnya percakapan mengenai belanja di Twitter, brand dapat memanfaatkan momentum ini untuk mempromosikan produk dan layanannya agar lebih banyak diketahui oleh konsumen.
Baca juga: Andalkan AI, Instagram Bakal Sembunyikan Komentar Negatif Otomatis
Free ongkir dan diskon jadi faktor utama
Free ongkir dan diskon jadi faktor utama orang Indonesia belanja online. Ada lima hal yang menjadi pertimbangan bagi pengguna Twitter di Indonesia saat mereka akan melakukan belanja secara online.
Lima hal tersebut, yaitu gratis ongkos kirim (56,5 persen), kupon/diskon (55,6 persen), ulasan pembeli lain (54,1 persen), jumlah like atau komentar positif di media sosial (41 persen), dan kebijakan pengembalian yang mudah (35,4 persen).
Iklan menambah eksposur suatu produk atau layanan
Menurut survei GWI, 36 persen pengguna Twitter cenderung membeli produk yang diiklankan. Selain itu, 9 menurut data Twitter, terdapat peningkatan konsumsi video sebesar 124 persen di Indonesia.
Brand dapat menggunakan kesempatan ini dengan menciptakan video kampanye kreatif sebagai salah satu cara untuk menarik perhatian konsumen.
Dengan menggabungkan dua komponen ini, brand memiliki kemungkinan lebih baik untuk memenangkan persaingan selama periode momen-momen belanja.