3 Tantangan Riset Pasar Sebelum Rintis Startup
Kolom oleh: Direktur Digital Business Telkom Indonesia, M. Fajrin Rasyid.
Uzone.id — Mendirikan startup memang tak semudah membalikkan telapak tangan, bahkan sebelum kita lebih mengenal istilah tech winter seperti sekarang. Tak hanya mencari visi, tapi juga persoalan riset pasar (market research).Sebelum sebuah startup menawarkan solusi, tentunya harus tahu lebih dulu akar masalah yang dibutuhkan konsumen — atau pasar. Riset dari CB Insight menemukan 2 alasan utama kenapa bisnis startup bisa gagal, yaitu 38 persen karena kekurangan dana dan 35 persennya karena tidak ada kebutuhan pasar.
Ada beberapa tantangan bagi pelaku startup saat melakukan riset pasar untuk menentukan kebutuhan yang dicari.
1. Memperkirakan ukuran pasar (market size)
Hal ini penting dilakukan khususnya ketika pelaku startup ingin mencari pendaaan dari investor. Investor ingin mengetahui seberapa besar potensi industri yang akan dimasuki. Hal ini tidak mudah karena seringkali startup ingin memasuki sebuah industri yang belum ada.
Sebagai contoh, ketika Gojek dan Grab ingin memasuki pasar pengantaran makanan (kini dikenal dengan produk GoFood dan GrabFood), tentu tidak ada data terkait dengan industri ini. Namun, kita dapat memperkirakan seberapa besar industri ini dengan melakukan survei kepada restoran yang memiliki layanan pesan antar terkait dengan berapa persen order mereka yang datang dari layanan tersebut.
2. Melakukan validasi terhadap calon pengguna
Pelaku startup harus mencari tahu masalah yang dihadapi oleh calon pengguna dan apakah mereka tertarik dengan solusi yang pelaku startup tersebut tawarkan. Permasalahannya, seringkali mereka tidak mengetahui masalah mereka sendiri. Seperti kata mendiang Steve Jobs, “Orang tidak tahu apa yang mereka inginkan sampai kamu menunjukkan hal tersebut (produk) kepada mereka.”
Baca juga: Tips 'Tetap Waras' di Tengah Badai PHK Startup
Oleh karena itu, selain dengan menyebarkan kuesioner, kita juga perlu untuk memperhatikan keseharian mereka dan juga mengamati perilaku mereka ketika ditunjukkan contoh solusi yang ditawarkan.
3. Membandingkan dengan kompetitor atau solusi lain yang sudah ada
Hal ini perlu dilakukan secara terus-menerus karena kita tidak hidup di dalam dunia yang statis. Sangat mungkin kompetitor bermunculan, terlebih apabila pasar yang ingin dimasuki memiliki potensi yang besar.
Oleh karena itu, lakukan competitor analysis secara berkala (setiap tiga sampai enam bulan) dengan cara menanyakan kepada pelanggan terkait dengan produk apa saja yang digunakan, bagaimana kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Pada akhirnya, startup yang berhasil adalah startup yang paling mampu menjawab kebutuhan pengguna dan pasar.
Oleh karena itu, seimbangkan antara waktu yang dihabiskan di dalam kantor atau di depan komputer dengan waktu yang dihabiskan untuk terjun ke lapangan dan mendengarkan apa kata pelanggan. Hal ini akan memperbesar kemungkinan startup untuk bertahan.